Jumat, 27 Februari 2009

mw ngapain ya taon nie????

Keuskupan Agung Semarang menetapkan tahun 2009 sebagai Tahun Kaum Muda. Seharusnya pertanyaan di atas ditujukan langsung pada kaum muda bukan pada saya. Kenapa? Pertama, saya tidak mewakili apa yang sedang dipikirkan dan direncanakan oleh kaum muda. Kedua, mereka sendirilah para aktor dan para pelaku kegiatan Tahun Kaum Muda itu.

Karena redaksi BerKat menyodorkan pertanyaan itu pada saya, mau tidak mau saya mencoba berpikir dan berusaha menjawabnya. Ini bukan arahan pastoral bagi kaum muda apalagi sebuah program kerja. Tak lebih dari lamunan dan impian saya pada kaum muda agar mau berbuat sesuatu.

Saya membayangkan dan melamunkan kaum muda sebagai generasi: idealis, kreatif, kritis dan nyleneh (berani tampil beda).

Kaum muda itu idealis, berani menggantungkan cita dan harapan setinggi bintang. Sikap idealis ini sering kita pandang secara negatif tidak realistis, di awang-awang atau sebagai sebuah mimpi. Namun tidak jarang justru idealisme atau mimpi kaum muda ini menjadi sebuah kenyataan. Masih segar dalam ingatan kita butir-butir Sumpah Pemuda . Sumpah itu adalah idealisme dari kaum muda 1928 yang kemudian menjadi cikal bakal dari Negara Kesatuan Indonesia. Kaum muda adalah generasi yang kaya akan ide-ide cemerlang yang memang sering berbau outopis.

Kaum muda itu kreatif, selalu melihat alternatif baru. Ketika menghadapi persoalan, kaum muda selalu saja mencari alternatif pemecahannya. Kaum muda itu dinamis tidak suka status quo yang menghambat kreativitas. Dunia kaum muda adalah dunia yang selalu bergerak dan berputar menemukan bentuk dan jati dirinya. Untuk menegaskan jati diri mereka, tidak sedikit kaum muda yang secara kreatif membentuk organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial.

Kaum muda itu kritis, tidak bisa tinggal diam, selalu gatal untuk memberi apresiasi. Bila ada sebuah kebijakan yang tidak adil, kaum muda selalu tampil, bersuara dan mengkritisinya. Terhadap kebijakan pemerintah yang tidak adil, misalnya, mereka punya banyak cara mengkritisi kebijakan tidak adil itu, bisa kritik secara langsung yaitu dengan menyampaikan aspirasi dan pendapat mereka atau kritik yang dikemas dalam happening art. Memang tidak jarang kaum muda menggunakan pengerahan massa yang berpeluang diprovokasi oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

Kaum muda itu nyleneh, berani dan percaya diri saat tampil beda. Nyleneh itu bisa berkonotasi negatif jika dimengerti sebagai asal beda. Namun bisa juga berarti positif kalau dimengerti sebagai keberaniaan dan kepercayaan diri tampil beda bukan asal beda. Hasrat kaum muda adalah ingin tampil beda atau nyleneh sesuai dengan jati dirinya. Bisa dimengerti karena pada usia itu mereka sedang menentukan jati diri, akunya aku itu rambut gimbal, sedangkan akunya dia itu rambut perak. Tidak hanya penampilan fisik, barang kepunyaan, kamar, sepeda motor dst, cara mengungkapkan pendapat dan cara pembawaan diripun kadang nyleneh juga.

Begitulah, lamunan saya tentang kaum muda.

Beberapa waktu lalu Bapa Suci hadir dalam World Youth Day (Hari Kaum Muda) sedunia di Australia dan menyampaikan pesan penting bagi Orang Muda Katolik seluruh dunia. Beliau menggarisbawahi pentingnya menjadi saksi-saksi Kristus: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu” (Kis 1:8)”.
Bayangan dan lamunan saya tentang Orang Muda Katolik pun diperkaya satu unsur lagi, yaitu menjadi saksi Kristus. Maka bisa ditambahkan klausul: Kaum Muda Katolik itu saksi Kristus! Benarkah demikian? Jika belum terjadi, apa yang harus dibuat agar menjadi saksi Kristus? Di medan dunia macam apa kaum muda harus menampilkan kesaksian? Bagaimana kesaksian itu sendiri?

Agar menjadi saksi Kristus, kaum muda harus menerima kuasa Roh Kudus. Bapa Suci menggarisbawahi pentingnya mengolah kehidupan rohani supaya kaum muda menjadi terbuka pada karya Roh Kudus. Bapa Suci menegaskan bahwa berkat karya dan kuasa Roh Kudus, para murid diubah menjadi saksi-saksi Kristus yang ulung. “Para nelayan yang lemah ini telah menjadi duta Injil yang bersemangat. Bahkan para musuh mereka tidak bisa memahami bagaimana “orang-orang yang tak berpendidikan dan biasa saja” (bdk Kis 4:13) mampu menunjukkan semangat seperti itu, serta kuat menahan kesukaran, penderitaan dan penganiayaan dengan gembira. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Terhadap mereka yang mencoba membungkam mereka, para rasul itu menjawab: “Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan dengar” (Kis 4:20)”.

Bagaimana Roh Kudus yang sama bisa kita (kaum muda) terima? Melalui sakramen-sakramen inisiasi Gereja mencurahkan rahmat Roh Kudus dan melantik orang kristen menjadi saksi-saksi Kristus. Dalam Ekaristi, kehidupan kristen dipupuk dan kembangkan menjadi dewasa. Maka, bila Orang Muda Katolik ingin menjadi saksi Kristus, pertama-tama mereka harus memperdalam kehidupan rohani dengan menghayati sakramen-sakramen Gereja.

Dengan demikian ciri dan kekhasan mereka sebagai kaum muda: idealis, kreatif, kritis dan nyleneh dijiwai oleh Roh Kudus dan diabdikan demi kemuliaan Allah. Tanpa kedalaman hidup rohani, tanpa Roh Kudus tinggal dalam hati mereka, idealisme bisa jadi mimpi-mimpi kosong, kreativitas bisa jadi asal beda, kekritisan bisa berubah jadi serangan untuk menjatuhkan dan nyleneh berkembang aneh-aneh tanpa orientasi.

Itulah tantangan kaum muda kita kalau saya ditanya tahun ini mau buat apa? Buatlah ruang bagi Roh Kudus berkarya dalam hati dan hidup Anda, menjiwai idealisme Anda, menginspirasi kreativitas dan kekritisan Anda dan memberi bentuk pada ke-nylenehan Anda!
(materius kristiyanto, pr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar