Kamis, 31 Desember 2009

Memberi Hati


gggdbdhgsshddgdghghgd

Senin, 29 Juni 2009

kejahatan macam apa ini?

Dalam Injil Matius 5:39-45 tertulis demikian, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar
”.

Benarkah jika kita harus melawan kejahatn dengan kebaikan?Tapi jika kejahatan itu sangat menyakitkan,apa kita tetap harus melawannya dengan kebaikan?Terkadang manusia memang selalu ingin menang,paling berkuasa dan paling dirasa orang lain dia paling hebat.

Memang sangat menyakitkan jika kita selalu dilecehkan,disalahkan,difitnah,dan dituduh yang bukan-bukan oleh orang lain yang tidak tau kebenaran apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita.

Coba resapi lagu Drive Bersama Bintang berikut ini

senja kini berganti malam
menutup hari yg lelah
dimanakah engkau berada
aku tak tahu dimana

pernah kita lalui semua
jerit, tangis, canda, tawa
kini hanya untaian kata
hanya itulah yg aku punya

reff:
tidurlah selamat malam
lupakan sajalah aku
mimpilah dalam tidurmu
bersama bintang

sesungguhnya aku tak bisa
jalani waktu tanpamu
perpisahan bukanlah duka

meski harus menyisakan luka

Minggu, 01 Maret 2009

Berapa Jam Ya???

There are 168 hours in one week
How many do you give it to GOD?

Adik, ni blognya fanny ya klik di sini

Jumat, 27 Februari 2009

mw ngapain ya taon nie????

Keuskupan Agung Semarang menetapkan tahun 2009 sebagai Tahun Kaum Muda. Seharusnya pertanyaan di atas ditujukan langsung pada kaum muda bukan pada saya. Kenapa? Pertama, saya tidak mewakili apa yang sedang dipikirkan dan direncanakan oleh kaum muda. Kedua, mereka sendirilah para aktor dan para pelaku kegiatan Tahun Kaum Muda itu.

Karena redaksi BerKat menyodorkan pertanyaan itu pada saya, mau tidak mau saya mencoba berpikir dan berusaha menjawabnya. Ini bukan arahan pastoral bagi kaum muda apalagi sebuah program kerja. Tak lebih dari lamunan dan impian saya pada kaum muda agar mau berbuat sesuatu.

Saya membayangkan dan melamunkan kaum muda sebagai generasi: idealis, kreatif, kritis dan nyleneh (berani tampil beda).

Kaum muda itu idealis, berani menggantungkan cita dan harapan setinggi bintang. Sikap idealis ini sering kita pandang secara negatif tidak realistis, di awang-awang atau sebagai sebuah mimpi. Namun tidak jarang justru idealisme atau mimpi kaum muda ini menjadi sebuah kenyataan. Masih segar dalam ingatan kita butir-butir Sumpah Pemuda . Sumpah itu adalah idealisme dari kaum muda 1928 yang kemudian menjadi cikal bakal dari Negara Kesatuan Indonesia. Kaum muda adalah generasi yang kaya akan ide-ide cemerlang yang memang sering berbau outopis.

Kaum muda itu kreatif, selalu melihat alternatif baru. Ketika menghadapi persoalan, kaum muda selalu saja mencari alternatif pemecahannya. Kaum muda itu dinamis tidak suka status quo yang menghambat kreativitas. Dunia kaum muda adalah dunia yang selalu bergerak dan berputar menemukan bentuk dan jati dirinya. Untuk menegaskan jati diri mereka, tidak sedikit kaum muda yang secara kreatif membentuk organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial.

Kaum muda itu kritis, tidak bisa tinggal diam, selalu gatal untuk memberi apresiasi. Bila ada sebuah kebijakan yang tidak adil, kaum muda selalu tampil, bersuara dan mengkritisinya. Terhadap kebijakan pemerintah yang tidak adil, misalnya, mereka punya banyak cara mengkritisi kebijakan tidak adil itu, bisa kritik secara langsung yaitu dengan menyampaikan aspirasi dan pendapat mereka atau kritik yang dikemas dalam happening art. Memang tidak jarang kaum muda menggunakan pengerahan massa yang berpeluang diprovokasi oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

Kaum muda itu nyleneh, berani dan percaya diri saat tampil beda. Nyleneh itu bisa berkonotasi negatif jika dimengerti sebagai asal beda. Namun bisa juga berarti positif kalau dimengerti sebagai keberaniaan dan kepercayaan diri tampil beda bukan asal beda. Hasrat kaum muda adalah ingin tampil beda atau nyleneh sesuai dengan jati dirinya. Bisa dimengerti karena pada usia itu mereka sedang menentukan jati diri, akunya aku itu rambut gimbal, sedangkan akunya dia itu rambut perak. Tidak hanya penampilan fisik, barang kepunyaan, kamar, sepeda motor dst, cara mengungkapkan pendapat dan cara pembawaan diripun kadang nyleneh juga.

Begitulah, lamunan saya tentang kaum muda.

Beberapa waktu lalu Bapa Suci hadir dalam World Youth Day (Hari Kaum Muda) sedunia di Australia dan menyampaikan pesan penting bagi Orang Muda Katolik seluruh dunia. Beliau menggarisbawahi pentingnya menjadi saksi-saksi Kristus: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu” (Kis 1:8)”.
Bayangan dan lamunan saya tentang Orang Muda Katolik pun diperkaya satu unsur lagi, yaitu menjadi saksi Kristus. Maka bisa ditambahkan klausul: Kaum Muda Katolik itu saksi Kristus! Benarkah demikian? Jika belum terjadi, apa yang harus dibuat agar menjadi saksi Kristus? Di medan dunia macam apa kaum muda harus menampilkan kesaksian? Bagaimana kesaksian itu sendiri?

Agar menjadi saksi Kristus, kaum muda harus menerima kuasa Roh Kudus. Bapa Suci menggarisbawahi pentingnya mengolah kehidupan rohani supaya kaum muda menjadi terbuka pada karya Roh Kudus. Bapa Suci menegaskan bahwa berkat karya dan kuasa Roh Kudus, para murid diubah menjadi saksi-saksi Kristus yang ulung. “Para nelayan yang lemah ini telah menjadi duta Injil yang bersemangat. Bahkan para musuh mereka tidak bisa memahami bagaimana “orang-orang yang tak berpendidikan dan biasa saja” (bdk Kis 4:13) mampu menunjukkan semangat seperti itu, serta kuat menahan kesukaran, penderitaan dan penganiayaan dengan gembira. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Terhadap mereka yang mencoba membungkam mereka, para rasul itu menjawab: “Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan dengar” (Kis 4:20)”.

Bagaimana Roh Kudus yang sama bisa kita (kaum muda) terima? Melalui sakramen-sakramen inisiasi Gereja mencurahkan rahmat Roh Kudus dan melantik orang kristen menjadi saksi-saksi Kristus. Dalam Ekaristi, kehidupan kristen dipupuk dan kembangkan menjadi dewasa. Maka, bila Orang Muda Katolik ingin menjadi saksi Kristus, pertama-tama mereka harus memperdalam kehidupan rohani dengan menghayati sakramen-sakramen Gereja.

Dengan demikian ciri dan kekhasan mereka sebagai kaum muda: idealis, kreatif, kritis dan nyleneh dijiwai oleh Roh Kudus dan diabdikan demi kemuliaan Allah. Tanpa kedalaman hidup rohani, tanpa Roh Kudus tinggal dalam hati mereka, idealisme bisa jadi mimpi-mimpi kosong, kreativitas bisa jadi asal beda, kekritisan bisa berubah jadi serangan untuk menjatuhkan dan nyleneh berkembang aneh-aneh tanpa orientasi.

Itulah tantangan kaum muda kita kalau saya ditanya tahun ini mau buat apa? Buatlah ruang bagi Roh Kudus berkarya dalam hati dan hidup Anda, menjiwai idealisme Anda, menginspirasi kreativitas dan kekritisan Anda dan memberi bentuk pada ke-nylenehan Anda!
(materius kristiyanto, pr)

sedih...

pda g tw kan??
pas perpisahannya rmo herman qwu kayak gmn sdihnya??

bbrpa hri sblmnya ja, qwu dah sdih banget...
sering nangis jga...

lbh heboh n parahnya...
tu pas hri Kamis,29 Januari 2009 (ampe apal)...
pas mw brangkat ke boyolali...
qwu nangis makin kenceng n g isa ketahan lgi...
pdhal pas tu..qwu pingin bgt nganter dy ke boyolali...
tp nyokap g ngebolehin...

skrg rmo herman sombonk...
di koment g pnah di tanggepin...
di sms g pnah di bls...
sbel...

tpi Tuhan Yesus baek ma qwu lho...
tgl 8 Maret ntar,ank2 kamud mw ke boyolali...
jenguk rmo herman gtu...
so, da sdikit harapan bwdh ketemu dy...

katanya,skrg rmo herman tmbh kurus...
pdhal boyolali kan gudang susu...
kq mlah kurus ya??
ya...
walopun asupan gizi disana kyk pas di semarank...
tp ternyata pikirannya rmo herman mch di semarank...
dy msh kangen ma suasana di katedral semarank...
n lbh parahnya lgi...
ternyata ro herman msh kepikiran pas qwu n fany nangis di acr perpisahannya rmo herman...
ouwww...
so sweet...
jdi terharu...

o ya...
jangan pnah nginget kejalekan org pda diri qta...
tpi inget kebaekannay...

Sekolah Katolik Kualitasnya Menurun?

Sekolah katolik mau kemana? Apa yang masih bisa diandalkan dari Sekolah Katolik? Kualitas dan keunggulan sekolah Katolik yang mulai terlihat menurun, disadari oleh banyak pihak mulai dari umat Katolik sendiri bahkan para Uskup. Keprihatinan semacam itu juga dirasakan oleh para Uskup Waligereja Indonesia yang tergabung dalam KWI. Maka pada sesi hari studi sidang KWI November 2008 mengambil tema sentral tentang lembaga pendidikan katolik selain ada penyegaran bagi para Uskup Indonesia bidang politik menjelang 2009.

1. Fenomena menurunnya kualitas sekolah Katolik

Sekolah katolik mau kemana? Apa yang masih bisa diandalkan dari Sekolah Katolik? Kualitas dan keunggulan sekolah Katolik yang mulai terlihat menurun, disadari oleh banyak pihak mulai dari umat Katolik sendiri bahkan para Uskup. Keprihatinan semacam itu juga dirasakan oleh para Uskup Waligereja Indonesia yang tergabung dalam KWI. Maka pada sesi hari studi sidang KWI November 2008 mengambil tema sentral tentang lembaga pendidikan katolik selain ada penyegaran bagi para Uskup Indonesia bidang politik menjelang 2009.



Kembali pada persoalan sekolah Katolik yang kualitas dan keunggulanya mulai menurun, siapa yang bertanggungjawab? Lalu jika sekarang akan diupayakan perbaikan kualitas dan keunggulannya, bagaimana caranya? Bukankah Negara memiliki kewajiban untuk mengurus bidang pendidikan? Seperti kita ketahui dari media massa bahwa Pemerintah RI pada tahun 2009 mengalokasikan dana 20% dari total APBN untuk pendidikan. Dengan dana itu bangunan sekolah negeri yang rusak akan diperbaiki, gaji guru akan dinaikan minimal pegawai rendah Rp. 2.000.000,-. Pemerintah juga memrogramkan pendidikan dasar - menengah di sekolah negeri gratis. Jika demikian, apakah sekolah Katolik masih mampu bersaing dengan sekolah negeri dan masihkah sekolah Katolik dibutuhkan oleh masyarakat? Fenomena turunnya kualitas sekolah Katolik dan turunnya jumlah siswa, apalagi pendidikan Katolik dirasakan banyak umat mahal, gejala-gejala itulah menjadi fokus perhatian pada hari studi sidang KWI November 2008. Keuskupan Surabaya menjadi contoh penelitian dari panitia pengarah hari studi karena oleh Uskup Surabaya Mgr. V. Sutikno Wisaksono, Pr, tahun 2008 ditetapkan sebagai tahun pendidikan. Dengan pencanangan itu dimaksudkan agar pendidikan di sekolah Katolik di keuskupannya mulai berangsur membaik. Diskusi atas dasar data yang terkumpul dan usaha pemerhati pendidikan akan menjadi bahan pencerahan bagi para Uskup, di hari studi sidang KWI 2008. Memang, persoalan pendidikan di sekolah Katolik tidak akan kunjung berhenti, jika kesadaran beberapa pihak yang berkepentingan tidak menyadari pentingnya sekolah Katolik sebagai salah satu andalan kerasulan Gereja? Maka siapakah stake holder sekolah Katolik? Jawabannya: Uskup diosesan dan semua anggota Gereja. Kanon 803, §§ 1-2 menyatakan: "Sekolah Katolik ialah suatu sekolah yang dipimpin oleh otoritas gerejawi yang berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau yang diakui demikian oleh otoritas gerejawi melalui dokumen tertulis. Pengajaran dan pendidikan di sekolah Katolik harus berdasarkan azas-azas ajaran Katolik: hendaknya para pengajar unggul dalam ajaran yang benar dan hidup yang baik". Lebih jauh, dalam kan. 800, § 2 "hendaknya orang beriman kristiani mendukung sekolah Katolik dengan membantu sekuat tenaga dalam mendirikan dan membiayai sekolah itu". Dengan pernyataan kanon itu bisa disimpulkan bahwa stake holder sekolah Katolik adalah: Uskup, para Pastor Paroki, Umat beriman kristiani (orang tua siswa, pemerhati pendidikan Katolik), pendiri sekolah Katolik (tarekat religius). Kalau mau sekolah Katolik tetap berkualitas dan unggul maka semua pemangku kepentingan harus duduk bersama, berdiskusi dan mencari tindakan konkrit untuk menyelamatkan sekolah Katolik dari keterpurukannya. Sekolah Katolik tidak berdiri sendiri. Dia ada di tengah masyarakat dan arah kebijakan pendidikan nasional. Beberapa masalah berikut ini turut memengaruhi menurunnya kualitas pendidikan Katolik.

2. Beberapa masalah lembaga pendidikan nasional

Pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberikan pelayanan secara lebih merata, berkualitas dan terjangkau. Antara lain ditunjukkan oleh masih tingginya penduduk buta aksara, rendahnya cakupan layanan pendidikan bagi anak usia dini, serta masih rendahnya angka partisipasi pendidikan, terutama untuk tingkat pendidikan menengah pertama sampai dengan pendidikan tinggi. Dengan kesenjangan yang masih cukup tinggi antar kelompok masyarakat, seperti antar penduduk kaya dengan penduduk miskin, antara lelaki dengan perempuan, dan antara penduduk di perkotaan dengan pedesaan, dan antar daerah. Sebagian besar penduduk tidak dapat memenuhi biaya pendidikan yang dirasakan mahal dan pendidikan juga dinilai belum mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan belum dinilai sebagai bentuk investasi. Fasilitas pelayanan pendidikan khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama ke atas belum tersedia secara merata. Khususnya di daerah terpencil dan kepulauan sehingga menyebabkan sulitnya anak-anak terutama anak perempuan untuk mengakses sarana pendidikan. Selain itu, fasilitas pendidikan khusus dan layanan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa masih belum tersedia secara memadai. Kualitas pendidikan masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan peserta didik dan pembangunan yang terutama disebabkan oleh kurang dan belum meratanya pendidikan dan tenaga kependidikan baik secara kuantitas maupun kualitas, belum memadainya ketersediaan fasilitas belajar, terutama buku dan alat peraga, serta belum berjalannya sistem kendali mutu dan jaminan kualitas pendidikan, serta belum tersedianya biaya operasional yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar secara bermutu. Sistem pengelolaan pendidikan belum sepenuhnya efektif dan efisien. Permasalahan pembangunan IPTEK adalah: (1) belum tersedianya sumberdaya manusia, (2) modal, (3) sarana dan prasarana, (4) informasi tentang penelitian dan pengembangan IPTEK yang cukup sehingga tidak tercapainya ambang kritis aktivitas penelitian dan pengembangan.

3. Menjadi berkualitas dan unggul dalam pendidikan

Obsesi kita adalah bagaimana usaha dan karya-karya Gereja menjadikan sekolah Katolik sebagai media: (1) pewartaan kabar gembira tentang kerajaan Allah, (2) mencerdaskan anak bangsa, (3) lebih berpihak kepada orang miskin. Penjelasan: sebagai (1) sekolah yang merupakan media pewartaan kabar gembira tentang kerajaan Allah. Seruan para bapak Gereja mau tidak mau harus didengarkan dan dilaksanakan seperti yang tecantum dalam dokumen Gravissimum Educationis tentang pentingnya sekolah Katolik. Di antara semua sarana pendidikan, sekolah mempunyai bobot khusus. Sekolah harus menjadi media mengembangkan kemampuan bakat-bakat intelektual dengan pewartaan yang tekun, mengembangkan kemampuan nilai yang tepat, mengembangkan kepekaaan terhadap nilai-nilai. Sekolah harus juga menjadi pusat kegiatan dan perkembangan yang harus didukung bersama oleh keluarga, semua warga negara, lembaga keagamaan dan juga oleh negara serta seluruh masyarakat manusia. Gereja dalam mewartakan iman dan memaklumkan "kepada segala zaman tujuan adikodrati, satu-satunya yang memberi arti penuh kepada hidup". Gereja mendirikan sekolah-sekolah, karena Gereja memandang sekolah sebagai sarana isitimewa untuk memajukan pembentukan manusia seutuhnya, karena sekolah merupakan pusat pengembangan dan penyampaian konsepsi tertentu tentang dunia, manusia dan sejarah. Ditekankan juga oleh bapak konsili bahwa sekolah Katolik merupakan bagian dari tugas penyelamatan Gereja khususnya untuk pendidikan iman. Ciri khas sekolah Katolik adalah mengejar tujuan budaya dan menyelenggarakan pendidikan manusiawi kaum muda, menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah, yang dijiwai oleh semangat Injil, kebebasan dan cinta kasih, dan membantu kaum muda, supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka, sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru (bdk. GE, 8; Komdik KWI, Sekolah Katolik, 2008)

(2) Mencerdaskan anak bangsa: sekolah Katolik hendaknya menjadi unggul. Unggul dalam pembentukan kepribadian siswa. Maka pengajar di sekolah-sekolah Katolik harus unggul dalam pengajaran dan hidup baik. Guru adalah pengajar yang patut menjadi teladan melalui perilaku dan pengajarannya. Hendaknya para guru sadar bahwa merekalah pelaku utama pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu, setiap penyelenggara pendidikan sekolah Katolik baik Keuskupan, tarekat maupun kaum awam kristiani hendaknya memerhatikan guru (pengajar), agar mereka disiapkan dengan baik, diberi penghidupan yang layak, dibina dan didampingi dalam ajaran moral kristiani. Sehingga mereka memiliki pengetahuan baik profan maupun keagamaan yang didukung oleh gelar yang sepadan, diperkaya dengan metodik dan didaktik (seni mendidik-mengajar) sesuai dengan zamannya. Dengan jalan itulah guru-guru sekolah Katolik dapat mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan misinya. Untuk dapat mencapai sasaran itu maka Uskup Diosesan berhak untuk mengawasi dan mengunjungi sekolah-sekolah Katolik yang berada di wilayahnya termasuk sekolah-sekolah yang didirikan atau dipimpin oleh anggota-anggota tarekat religius.."(bdk. Kan. 806, §1)

(3) Lebih berpihak kepada orang miskin. Tidak mudah saat ini dalam situasi ekonomi yang tidak menentu dan cenderung buruk, Gereja menyelenggarakan pendidikan sekolah Katolik dengan harga murah. Tapi tetaplah bisa terjadi bahkan harus menjadi perhatian utama Gereja Katolik yakni sekolah Katolik harus lebih melayani orang miskin. Bukan berarti tidak memerhatikan orang kaya. Mereka juga harus mendapat perhatian, hanya orang miskin harus mendapat perhatian utama. Semua anak bangsa terlebih anak-anak Katolik wajib mendapat pendidikan di sekolah Katolik. "Hendaknya para orang tua mempercayakan anak mereka kepada sekolah-sekolah dimana pendidikan Katolik diselenggarakan..."(bdk. Kan. 798). Dengan pernyataan ini mau ditegaskan bahwa kewajiban anak Katolik, diterima di sekolah Katolik, untuk dididik dan diajar oleh guru-guru yang unggul meskipun dia miskin harus menjadi sebuah cita-cita atau mimpi yang menjadi kenyataan. Mengapa pendidikan Katolik tidak bisa murah? Karena sekolah swasta tidak mendapat subsidi yang sama seperti negeri, karena biaya pendidikan dibebankan pada siswa, karena sekolah Katolik tidak memiliki income tetap yang memberikan daya dongkrak untuk membiayai gaji guru, peralatan sekolah, sarana-prasarana gedung dan perangkat lainnya. Tapi apakah kita menyerah dengan soal biaya dibandingkan dengan nilai luhur mendidik anak yang tidak mampu secara ekonomi tapi cerdas dan berkepribadian baik agar menjadi anak bangsa (Gereja) yang unggul dalam pelbagi segi untuk kemajuan negara dan masyarakat? Tidakkah ini karya yang luhur maka dibutuhkan keberanian dan kerja keras semua pihak pengelola sekolah Katolik.

4. Tiga pilar kunci agar sekolah Katolik berkualitas

Pertama, Sumber daya manusia (SDM), baik Guru sebagai penentu pendidikan, Penyelenggara pendidikan (Yayasan) maupun siswa sekolah (murid). Sekolah Katolik harus menjadikan "batu-batu yang dibuang itu menjadi batu penjuru bagi Gereja dan Bangsa Indonesia". Pendidikan di sekolah katolik hendaknya menghasilkan siswa yang berkualitas (knowledge, skill dan attitude) serta memiliki spiritualitas yang dewasa sehingga out put sekolah Katolik dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan anak bangsa.

Kedua, Manajemen. Manajemen adalah seni melaksanakan dan mengatur, menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. R.W. Grifin mendefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai tujuan. Sekolah Katolik harus memiliki manajemen yang baik sehingga setiap orang yang terlibat dan berkepentingan bekerja untuk mencapai tujuan sekolah Katolik.

Ketiga, Dana atau uang. Dana perlu untuk mendukung dan memperlancar kegiatan persekolahan. Dana menjadi penopang kehidupan sekolah. Dana yang terhimpun untuk membiayai semua aktivitas di sekolah. Maka setiap sekolah Katolik hendaknya memerhatikan dengan serius perihal pendanaan pendidikan sekolah Katolik. Kini zaman Gereja kaum awam, maka layak dan pantas kaum awam yang unggul dan berkompeten dalam bidang ekonomi (dana) dilibatkan agar sekolah Katolik tetap eksis. Cara pengelolaan yang profesional, akuntabel dan transparan, menjadi bagian penting pengelolaan keuangan sekolah. Kalau kita setuju bahwa sekolah Katolik menjadi: sarana pewartaan kabar baik tentang kerajaan Allah, mencerdaskan anak bangsa dan lebih berpihak kepada orang miskin, maka administrasi keuangan sekolah Katolik harus dibenahi dan menjadi prioritas karya kita. Dana yang terkumpul hendaknya dikelola untuk membantu terselenggaranya pendidikan di sekolah Katolik agar menjadi lebih baik, berkualitas dan unggul dan lebih perhatian kepada orang miskin (prinsip subsidiaritas-solidaritas). Semoga.

Sekolah Katolik Kualitasnya Menurun?

Sekolah katolik mau kemana? Apa yang masih bisa diandalkan dari Sekolah Katolik? Kualitas dan keunggulan sekolah Katolik yang mulai terlihat menurun, disadari oleh banyak pihak mulai dari umat Katolik sendiri bahkan para Uskup. Keprihatinan semacam itu juga dirasakan oleh para Uskup Waligereja Indonesia yang tergabung dalam KWI. Maka pada sesi hari studi sidang KWI November 2008 mengambil tema sentral tentang lembaga pendidikan katolik selain ada penyegaran bagi para Uskup Indonesia bidang politik menjelang 2009.

1. Fenomena menurunnya kualitas sekolah Katolik

Sekolah katolik mau kemana? Apa yang masih bisa diandalkan dari Sekolah Katolik? Kualitas dan keunggulan sekolah Katolik yang mulai terlihat menurun, disadari oleh banyak pihak mulai dari umat Katolik sendiri bahkan para Uskup. Keprihatinan semacam itu juga dirasakan oleh para Uskup Waligereja Indonesia yang tergabung dalam KWI. Maka pada sesi hari studi sidang KWI November 2008 mengambil tema sentral tentang lembaga pendidikan katolik selain ada penyegaran bagi para Uskup Indonesia bidang politik menjelang 2009.



Kembali pada persoalan sekolah Katolik yang kualitas dan keunggulanya mulai menurun, siapa yang bertanggungjawab? Lalu jika sekarang akan diupayakan perbaikan kualitas dan keunggulannya, bagaimana caranya? Bukankah Negara memiliki kewajiban untuk mengurus bidang pendidikan? Seperti kita ketahui dari media massa bahwa Pemerintah RI pada tahun 2009 mengalokasikan dana 20% dari total APBN untuk pendidikan. Dengan dana itu bangunan sekolah negeri yang rusak akan diperbaiki, gaji guru akan dinaikan minimal pegawai rendah Rp. 2.000.000,-. Pemerintah juga memrogramkan pendidikan dasar - menengah di sekolah negeri gratis. Jika demikian, apakah sekolah Katolik masih mampu bersaing dengan sekolah negeri dan masihkah sekolah Katolik dibutuhkan oleh masyarakat? Fenomena turunnya kualitas sekolah Katolik dan turunnya jumlah siswa, apalagi pendidikan Katolik dirasakan banyak umat mahal, gejala-gejala itulah menjadi fokus perhatian pada hari studi sidang KWI November 2008. Keuskupan Surabaya menjadi contoh penelitian dari panitia pengarah hari studi karena oleh Uskup Surabaya Mgr. V. Sutikno Wisaksono, Pr, tahun 2008 ditetapkan sebagai tahun pendidikan. Dengan pencanangan itu dimaksudkan agar pendidikan di sekolah Katolik di keuskupannya mulai berangsur membaik. Diskusi atas dasar data yang terkumpul dan usaha pemerhati pendidikan akan menjadi bahan pencerahan bagi para Uskup, di hari studi sidang KWI 2008. Memang, persoalan pendidikan di sekolah Katolik tidak akan kunjung berhenti, jika kesadaran beberapa pihak yang berkepentingan tidak menyadari pentingnya sekolah Katolik sebagai salah satu andalan kerasulan Gereja? Maka siapakah stake holder sekolah Katolik? Jawabannya: Uskup diosesan dan semua anggota Gereja. Kanon 803, §§ 1-2 menyatakan: "Sekolah Katolik ialah suatu sekolah yang dipimpin oleh otoritas gerejawi yang berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau yang diakui demikian oleh otoritas gerejawi melalui dokumen tertulis. Pengajaran dan pendidikan di sekolah Katolik harus berdasarkan azas-azas ajaran Katolik: hendaknya para pengajar unggul dalam ajaran yang benar dan hidup yang baik". Lebih jauh, dalam kan. 800, § 2 "hendaknya orang beriman kristiani mendukung sekolah Katolik dengan membantu sekuat tenaga dalam mendirikan dan membiayai sekolah itu". Dengan pernyataan kanon itu bisa disimpulkan bahwa stake holder sekolah Katolik adalah: Uskup, para Pastor Paroki, Umat beriman kristiani (orang tua siswa, pemerhati pendidikan Katolik), pendiri sekolah Katolik (tarekat religius). Kalau mau sekolah Katolik tetap berkualitas dan unggul maka semua pemangku kepentingan harus duduk bersama, berdiskusi dan mencari tindakan konkrit untuk menyelamatkan sekolah Katolik dari keterpurukannya. Sekolah Katolik tidak berdiri sendiri. Dia ada di tengah masyarakat dan arah kebijakan pendidikan nasional. Beberapa masalah berikut ini turut memengaruhi menurunnya kualitas pendidikan Katolik.

2. Beberapa masalah lembaga pendidikan nasional

Pembangunan pendidikan belum sepenuhnya mampu memberikan pelayanan secara lebih merata, berkualitas dan terjangkau. Antara lain ditunjukkan oleh masih tingginya penduduk buta aksara, rendahnya cakupan layanan pendidikan bagi anak usia dini, serta masih rendahnya angka partisipasi pendidikan, terutama untuk tingkat pendidikan menengah pertama sampai dengan pendidikan tinggi. Dengan kesenjangan yang masih cukup tinggi antar kelompok masyarakat, seperti antar penduduk kaya dengan penduduk miskin, antara lelaki dengan perempuan, dan antara penduduk di perkotaan dengan pedesaan, dan antar daerah. Sebagian besar penduduk tidak dapat memenuhi biaya pendidikan yang dirasakan mahal dan pendidikan juga dinilai belum mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan belum dinilai sebagai bentuk investasi. Fasilitas pelayanan pendidikan khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama ke atas belum tersedia secara merata. Khususnya di daerah terpencil dan kepulauan sehingga menyebabkan sulitnya anak-anak terutama anak perempuan untuk mengakses sarana pendidikan. Selain itu, fasilitas pendidikan khusus dan layanan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa masih belum tersedia secara memadai. Kualitas pendidikan masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan peserta didik dan pembangunan yang terutama disebabkan oleh kurang dan belum meratanya pendidikan dan tenaga kependidikan baik secara kuantitas maupun kualitas, belum memadainya ketersediaan fasilitas belajar, terutama buku dan alat peraga, serta belum berjalannya sistem kendali mutu dan jaminan kualitas pendidikan, serta belum tersedianya biaya operasional yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar secara bermutu. Sistem pengelolaan pendidikan belum sepenuhnya efektif dan efisien. Permasalahan pembangunan IPTEK adalah: (1) belum tersedianya sumberdaya manusia, (2) modal, (3) sarana dan prasarana, (4) informasi tentang penelitian dan pengembangan IPTEK yang cukup sehingga tidak tercapainya ambang kritis aktivitas penelitian dan pengembangan.

3. Menjadi berkualitas dan unggul dalam pendidikan

Obsesi kita adalah bagaimana usaha dan karya-karya Gereja menjadikan sekolah Katolik sebagai media: (1) pewartaan kabar gembira tentang kerajaan Allah, (2) mencerdaskan anak bangsa, (3) lebih berpihak kepada orang miskin. Penjelasan: sebagai (1) sekolah yang merupakan media pewartaan kabar gembira tentang kerajaan Allah. Seruan para bapak Gereja mau tidak mau harus didengarkan dan dilaksanakan seperti yang tecantum dalam dokumen Gravissimum Educationis tentang pentingnya sekolah Katolik. Di antara semua sarana pendidikan, sekolah mempunyai bobot khusus. Sekolah harus menjadi media mengembangkan kemampuan bakat-bakat intelektual dengan pewartaan yang tekun, mengembangkan kemampuan nilai yang tepat, mengembangkan kepekaaan terhadap nilai-nilai. Sekolah harus juga menjadi pusat kegiatan dan perkembangan yang harus didukung bersama oleh keluarga, semua warga negara, lembaga keagamaan dan juga oleh negara serta seluruh masyarakat manusia. Gereja dalam mewartakan iman dan memaklumkan "kepada segala zaman tujuan adikodrati, satu-satunya yang memberi arti penuh kepada hidup". Gereja mendirikan sekolah-sekolah, karena Gereja memandang sekolah sebagai sarana isitimewa untuk memajukan pembentukan manusia seutuhnya, karena sekolah merupakan pusat pengembangan dan penyampaian konsepsi tertentu tentang dunia, manusia dan sejarah. Ditekankan juga oleh bapak konsili bahwa sekolah Katolik merupakan bagian dari tugas penyelamatan Gereja khususnya untuk pendidikan iman. Ciri khas sekolah Katolik adalah mengejar tujuan budaya dan menyelenggarakan pendidikan manusiawi kaum muda, menciptakan lingkungan hidup bersama di sekolah, yang dijiwai oleh semangat Injil, kebebasan dan cinta kasih, dan membantu kaum muda, supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka, sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru (bdk. GE, 8; Komdik KWI, Sekolah Katolik, 2008)

(2) Mencerdaskan anak bangsa: sekolah Katolik hendaknya menjadi unggul. Unggul dalam pembentukan kepribadian siswa. Maka pengajar di sekolah-sekolah Katolik harus unggul dalam pengajaran dan hidup baik. Guru adalah pengajar yang patut menjadi teladan melalui perilaku dan pengajarannya. Hendaknya para guru sadar bahwa merekalah pelaku utama pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu, setiap penyelenggara pendidikan sekolah Katolik baik Keuskupan, tarekat maupun kaum awam kristiani hendaknya memerhatikan guru (pengajar), agar mereka disiapkan dengan baik, diberi penghidupan yang layak, dibina dan didampingi dalam ajaran moral kristiani. Sehingga mereka memiliki pengetahuan baik profan maupun keagamaan yang didukung oleh gelar yang sepadan, diperkaya dengan metodik dan didaktik (seni mendidik-mengajar) sesuai dengan zamannya. Dengan jalan itulah guru-guru sekolah Katolik dapat mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan misinya. Untuk dapat mencapai sasaran itu maka Uskup Diosesan berhak untuk mengawasi dan mengunjungi sekolah-sekolah Katolik yang berada di wilayahnya termasuk sekolah-sekolah yang didirikan atau dipimpin oleh anggota-anggota tarekat religius.."(bdk. Kan. 806, §1)

(3) Lebih berpihak kepada orang miskin. Tidak mudah saat ini dalam situasi ekonomi yang tidak menentu dan cenderung buruk, Gereja menyelenggarakan pendidikan sekolah Katolik dengan harga murah. Tapi tetaplah bisa terjadi bahkan harus menjadi perhatian utama Gereja Katolik yakni sekolah Katolik harus lebih melayani orang miskin. Bukan berarti tidak memerhatikan orang kaya. Mereka juga harus mendapat perhatian, hanya orang miskin harus mendapat perhatian utama. Semua anak bangsa terlebih anak-anak Katolik wajib mendapat pendidikan di sekolah Katolik. "Hendaknya para orang tua mempercayakan anak mereka kepada sekolah-sekolah dimana pendidikan Katolik diselenggarakan..."(bdk. Kan. 798). Dengan pernyataan ini mau ditegaskan bahwa kewajiban anak Katolik, diterima di sekolah Katolik, untuk dididik dan diajar oleh guru-guru yang unggul meskipun dia miskin harus menjadi sebuah cita-cita atau mimpi yang menjadi kenyataan. Mengapa pendidikan Katolik tidak bisa murah? Karena sekolah swasta tidak mendapat subsidi yang sama seperti negeri, karena biaya pendidikan dibebankan pada siswa, karena sekolah Katolik tidak memiliki income tetap yang memberikan daya dongkrak untuk membiayai gaji guru, peralatan sekolah, sarana-prasarana gedung dan perangkat lainnya. Tapi apakah kita menyerah dengan soal biaya dibandingkan dengan nilai luhur mendidik anak yang tidak mampu secara ekonomi tapi cerdas dan berkepribadian baik agar menjadi anak bangsa (Gereja) yang unggul dalam pelbagi segi untuk kemajuan negara dan masyarakat? Tidakkah ini karya yang luhur maka dibutuhkan keberanian dan kerja keras semua pihak pengelola sekolah Katolik.

4. Tiga pilar kunci agar sekolah Katolik berkualitas

Pertama, Sumber daya manusia (SDM), baik Guru sebagai penentu pendidikan, Penyelenggara pendidikan (Yayasan) maupun siswa sekolah (murid). Sekolah Katolik harus menjadikan "batu-batu yang dibuang itu menjadi batu penjuru bagi Gereja dan Bangsa Indonesia". Pendidikan di sekolah katolik hendaknya menghasilkan siswa yang berkualitas (knowledge, skill dan attitude) serta memiliki spiritualitas yang dewasa sehingga out put sekolah Katolik dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan anak bangsa.

Kedua, Manajemen. Manajemen adalah seni melaksanakan dan mengatur, menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. R.W. Grifin mendefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai tujuan. Sekolah Katolik harus memiliki manajemen yang baik sehingga setiap orang yang terlibat dan berkepentingan bekerja untuk mencapai tujuan sekolah Katolik.

Ketiga, Dana atau uang. Dana perlu untuk mendukung dan memperlancar kegiatan persekolahan. Dana menjadi penopang kehidupan sekolah. Dana yang terhimpun untuk membiayai semua aktivitas di sekolah. Maka setiap sekolah Katolik hendaknya memerhatikan dengan serius perihal pendanaan pendidikan sekolah Katolik. Kini zaman Gereja kaum awam, maka layak dan pantas kaum awam yang unggul dan berkompeten dalam bidang ekonomi (dana) dilibatkan agar sekolah Katolik tetap eksis. Cara pengelolaan yang profesional, akuntabel dan transparan, menjadi bagian penting pengelolaan keuangan sekolah. Kalau kita setuju bahwa sekolah Katolik menjadi: sarana pewartaan kabar baik tentang kerajaan Allah, mencerdaskan anak bangsa dan lebih berpihak kepada orang miskin, maka administrasi keuangan sekolah Katolik harus dibenahi dan menjadi prioritas karya kita. Dana yang terkumpul hendaknya dikelola untuk membantu terselenggaranya pendidikan di sekolah Katolik agar menjadi lebih baik, berkualitas dan unggul dan lebih perhatian kepada orang miskin (prinsip subsidiaritas-solidaritas). Semoga.

ho..ho..ho...saintclause is coming to time

Walaupun dalam Alkitab tertulis yang memberi hadiah dalam peristiwa Natal dilakukan oleh 3 orang Majus (yang keturunannya sekarang dikenal sebagai orang Kurdi), namun kini yang populer sebagai pemberi hadiah dalam momen Natal justru adalah Sinterklas.

Sinterklas itu sendiri nama khas Holland yang dipakai juga di Indonesia. Nama sebenarnya ialah Nicolaas lahir sekitar 280 sesudah Masehi di Patara tidak jauh dari Myra (Demre) di negara Turki. Ayahnya adalah orang Arab yang bernama Ephiphanius sedangkan Ibunya seorang penduduk lokal Turki bernama Nonna.Tanggal 6 Desember adalah hari ulang tahunnya sekaligus hari wafatnya dari Sinterklas yang dirayakan di seluruh dunia, terutama di negara2 Eropa.

Berdasarkan hasil survey di negara-negara Eropa maupun USA, ternyata Sinterklas adalah orang ketiga paling beken setelah Yesus Kristus dan Bunda Maria, tetapi hanya sedikit sekali orang mengetahui siapa sebenarnya Sinterklas ini dan bagaimana sejarahnya.Sinterklas sangat beken bukan hanya di Holland saja, melainkan juga di Italy, Yunani dan Rusia, sehingga banyak anak lelaki disana yang diberi nama Nicolaas dan untuk perempuan menjadi Nicole atau Nicolien... Disamping itu banyak lagi gereja-gereja di Rusia, maupun Yunani yang diberi nama Nicolaas.

Aneh tapi nyata! Walaupun Sinterklas merupakan reklame dari seorang uskup gereja Katolik, Paus tidak yakin akan kebenarannya, karena kenyataannya lebih banyak dongeng atau khayalan yang dibuat mengenai Sinterklas, bahkan yang digabung dengan kepercayaan orang-orang kafir. Sehingga pada tahun 1970 Vatikan telah menghapus dan mencoret nama Sinterklas dari kalender nama-nama orang-orang suci, tetapi karena banyaknya protes yang berdatangan, sehingga Vatikan memberikan kelonggaran dan kebebasan untuk memilih apakah Sinterklas termasuk orang suci ataukah bukan teserah kepada diri masing-masing, tetapi secara resmi Sinterklas bukan termasuk orang yang dianggap suci lagi. Atau secara tidak langsung gelar maupun titel "Saint"nya dicopot!

Ibu dari Nicolaas tidak pernah punya anak sebelumnya, tetapi karena ia selalu memohon dan berdoa kepada Tuhan, akhirnya permohonannya dikabulkan. Ia melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Nicolaas... Menurut legenda pada saat masih bayipun Nicolaas sudah melakukan puasa, seperti yang sering dilakukan oleh hamba Tuhan pada saat tersebut, ialah tiap hari Rabu dan Jumat ia tidak mau minum ASI (Air Susu Ibu)-nya. Walaupun anak tersebut usianya belum 1 tahun.Ia ditasbihkan menjadi pastor pada usia 18 tahun di katedral menggantikan pamannya. Karena sifat belas kasihnya yang besar untuk membela umat dan fakir miskin, akhirnya ia diangkat menjadi uskup.

Menurut legenda pada saat Nicolaas mengadakan perjalanan ke tanah suci (Jerusalem) dalam perjalanan kapalnya dilanda angin ribut, sehingga salah satu tiang layarnya patah dan menimpa kepala dari seorang kelasi di kapal tersebut. Yang mengakibatkan kematian dari kelasi tersebut. Dengan doa akhirnya Nicolaas bisa meredakan angin ribut tersebut bahkan ia bisa "menghidupkan" kembali kelasi yang telah meninggal tersebut. Sejak saat itulah Sinterklas menjadi beken sebagai Saint atau orang suci pelindung dari para pelaut dan semua kapal dagang.

Kepercayaan tersebut semakin besar dan semakin kuat sehingga Sinterklas sudah bisa dianggap sebagai wakil Tuhan untuk melindungi mereka oleh para pelaut Yunani maupun Italy pada saat tersebut.

Tepatnya pada tanggal 9 Mei 1087 para pemilik kapal dari Italy, mengambil semua tulang2 dan semua sisa dari tubuh Sinterklas untuk dipindahkan dari Turki ke Italy ke kota Bari. Dan disana dibuat satu gereja besar yang diberi nama St Nicolaas Katedral. Oleh sebab itu tiap tanggal 9 Mei orang Italy merayakan hari St Nicolaas sebagai pelindung para pelaut.

Sebelumnya mayat Sinterklas di pindahkan ke Italy, orang Italy percaya akan cerita mengenai seorang nenek sihir (witch) yang bernama Befana. Ia mendapatkan tugas dari malaikat untuk memberikan hadiah kepada Tuhan Yesus pada saat Tuhan Yesus dilahirkan, seperti juga orang Majus, tetapi karena kelalaiannya ia datang terlambat. Oleh sebab itu Befana mendapat hukuman tiap tahun sebelum kelahiran Yesus, ia harus memberikan hadiah sebanyak mungkin kepada anak-anak kecil yang tidak mampu.

Kepercayaan yang lebih bersifat animisme ini dianut oleh banyak orang Italy, maka dari itu para pemuka agama di Italy mengambil keputusan agar kepercayaan dari nenek sihir Befana ini dialihkan saja kepada Sinterklas. Dengan mana bisa memulihkan citra dan nama baik dari orang Katolik sekalian mengalihkan kepercayaan animisme mereka, menjadi lebih percaya kepada Tuhan. Inilah awal dari kepercayaan bahwa Sinterklas selalu memberi hadiah kepada anak-anak pada saat hari ulang tahunnya. Bahkan pengalihan ini memberi efek sampingan lainnya se-akan2 ada dua Sinterklas, yang satu sebagai pelindung para pelaut sedangkan yang lain ialah pelindung dari anak-anak dan dua-duanya berasal dari Myra (Turki).

Para pelaut jaman dahulu kebanyakan orang Spanyol, maka dari itu orang Belanda percaya bahwa Sinterklas datang dari Spanyol dan tentu datangnya dengan kapal laut, sebab dahulu belum ada pesawat terbang. Kebanyakan kelasi dari para kapal dagang jaman dahulu adalah budak-budak dari Afrika, maka dari itu jelas pembantu dari Sinterklas pun seorang budak dari Afrika yang diberi nama Zwarte Piet (Piet Hitam).

Selain itu, semasa hidupnya Nicolaas alias Sinterklas selalu berusaha apabila ia memberi sesuatu, agar tidak dilihat maupun diketahui oleh si penerima, sesuai dengan ajaran dari Alkitab. Pada suatu hari ia berusaha untuk membantu seseorang temannya dari sebuah atap rumah dengan menjatuhkan sekantung uang melalui cerobong asap. Dan kebeneran uang tersebut jatuh ke dalam kaos kaki yang sedang digantungkan oleh anak si pemilik rumah untuk dikeringkan di dekat api pemanas. Hal ini rupanya diketahui oleh si pemilik rumah.

Hal itulah yang juga akhirnya melegenda bahwa Sinterklas selalu dtg melalui cerobong asap di waktu tengah malam dan memberi hadiah untuk anak-anak di kaos kaki atau kantong di dekat ranjang atau di bawah pohon Natal.

Berdasarkan hal tersebut diatas Sinterklas itu merupakan satu dilema yang membuat umat Katolik dan Paus menjadi risih, karena Sinterklas ini merupakan campuran antara fakta sejarah, kepercayaan dan tahayul.

Agar bisa menghilangkan dan cepat melupakan Sinterklas dari daftar nama orang suci, maka Paus Paulus memerintahkan agar sisa mayat dari Sinterklas dipindahkan saja dari Italy ke Amerika. Dengan mana orang Eropa akan bisa lebih cepat melupakan Sinterklas. Tepatnya pada tanggal 5 Desember 1972 sisa dari mayat Sinterklas sudah dipindahkan ke gereja Sint Nicolaas - Flushing - di New York.

Santa Claus dan Sinterklas itu agak berlainan dari segi pakaian maupun poster tubuh. Selalu berbaju merah tanpa jubah dan gendut serta selalu tertawa dan bertopi tidur. Santa Claus adalah ciptaan dari Public Relation Manager – Coca Cola walaupun asal-usulnya dari Sinterklas juga. Untuk meningkatkan penjualan dari Coca Cola, mereka menciptakan Santa Claus sebagai reklame figur mereka. Karena orang Amerika tidak mau disebut rasis maka dari itu untuk Santa Claus di USA tidak boleh ada Zwarte Piet pembantunya yang berkulit hitam.

Sedangkan Nicolaas yang asli, sesuai cerita turun temurun di Turki, tidak selalu berbaju merah tapi biasa memakai jubah, tidak gemuk, dan jarang tertawa. Sedangkan topinya adalah topi uskup khas Byzantium yang memang agak runcing dan kaku.

Apabila dibandingkan antara Nicholaas dan Sinterklas yang sekarang, hal yang tetap hanya dalam sifatnya yang suka menolong orang lain secara diam-diam dan sama-sama berjanggut putih serta sama-sama tidak suka pengemis (orang yang malas bekerja).

Di Cina juga ada Sinterklas yang lebih lazim dipanggil sebagai Dun Che Lao Ren, yang berarti Kakek Natal. Sedangkan di Spanyol disebut dengan Papa Noel dan di Perancis disebut Pere Noel yang berarti Bapak Natal.

Jadi, Sinterklas itu memang pernah ada namun profilnya tidak persis seperti yang sekarang kita kenal. namun spiritnya yang selalu membantu secara diam-diam itu akan selalu ada sampai akhir zaman.

BOYOLALI! BOYOLALI!

Sore itu hari Kamis, 29 Januari 2009, pk.16.00, terparkir dua bus Nugroho dan beberapa mobil pribadi di halaman Gereja Katedral. Sekitar 100 orang juga telah siap untuk menaikinya. Mau kemana mereka? Ada yang berlagak seperti kondektur bis. Mereka berteriak-teriak: Boyolali, Boyolali. Gratis. Dan memang kita semua mau ke Boyolali mengantar Rm Herman yang akan berkarya di sana.

Sekitar pukul 16.15 wib, rombongan berangkat. Semua bis penuh. Masing-masing dari perwakilan lingkungan, kelompok kategorial dan komunitas pastoran. Perjalanan diiringi hujan sampai Boyolali. Suasana di salah satu bus, terlihat hangat. Saling canda, bernyanyi karaoke, ikut-ikutan nyanyian yang mengalun lewat televisi bus. ada yang bagus suaranya, tetapi banyak yang fals. Tidak apa-apa, asal hangat dan akrab. Perjalanan tiba di Boyolali sekitar pk. 19.00 wib. Maklum kesasar-sasar, karena belum pernah ke Boyolali. Acara dilanjutkan dengan serangkaian pidato: penyerahan dari Katedral, penerimaan dari Boyolali dan ungkapan hati Rm Herman dan Rm Siwi. Setelah itu makan soto di aula. Enak tenan. Rasa kenyang membuat kami siap melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Semarang. Kami tiba di Semarang pk. 22.30 wib. Kita semua akan memulai hidup tanpa kehadiran Rm Herman dan siap menunggu kehadiran Rm Paryono. Selamat Jalan Rm Herman dan Selamat datang Rm Par.

sedih banget klo inget nie.....

Latihan Terakhir Team Lektor bersama Rama Herman Yoseph

Tiap hari Rabu sore kami Team Lektor mengadakan latihan untuk tugas pelayanan Bacaan Misa Mingguan. Namun hari Rabu sore kemarin, tepatnya tanggal 21 Januari 2009 bukan latihan yang biasa kami lakukan. Hari itu kami didampingi oleh Rama Herman Yoseph Singgih Sutoro untuk kali terakhir, sebelum beliau dipindahtugaskan ke Boyolali. Juga kami kedatangan tamu, Mas Awi, penulis dari majalah Inspirasi yang ternyata tertarik juga meliput latihan Lektor yang kami lakukan. Sehingga acara latihan kali itu adalah latihan sekaligus perpisahan Team Lektor dengan Rama Herman Yoseph.

Suasana latihan sore itu jadi sedikit berbeda dengan pendampingan Rama. Pertama-tama kami memang berlatih dahulu dengan Rama yang akan mengomentari dan memberi saran serta masukan untuk teman-teman saat mereka praktek membaca. Teman-teman jadi lebih antusias, tapi ada juga yang malu-malu saat diminta untuk praktek membaca. Celoteh-celoteh lucu banyak terlontar mengiringi acara latihan kali itu, suasana terasa segar dan santai kendati juga serius. Rama Herman Yoseph bahkan juga memberi contoh bagaimana membaca dengan benar, yaitu dengan sikap badan yang baik / berdiri tegak dan pengaturan nafas yang baik sehingga bisa menghasilkan suara yang lebih lantang dan keras (kelemahan kami rata-rata adalah suara yang masih kurang keras dan lantang).

Setelah semua anggota selesai berlatih, Mbak Tami (panggilan akrab ketua lektor kami) mulai membuka kata untuk perpisahan Team Lektor dengan Rama Herman Yoseph. Mbak Tami menyatakan ucapan terima kasih atas bimbingan dan pendampingan Rama selama ini untuk Team Lektor Katedral. Dan diwakili oleh Mbak Tami kami Team Lektor memberikan kenang-kenangan kepada Rama Herman Yoseph. Rama memberikan ucapan terima kasih juga pesan agar kami dapat terus menjadi bagian dari karya pelayanan gereja. Dan tidak terasa malam telah larut dan kami pun mengakhiri latihan dan juga perpisahaan kami dengan Rama Herman Yoseph dengan foto bersama.

Kami segenap Team Lektor Katedral mengucapkan Selamat Bertugas di tempat yang baru untuk Rama Herman Yoseph. Semoga di tempat yang baru nanti Rama dapat bertugas dan dapat menjadi Imam dan Gembala yang baik bagi umat di Paroki yang baru. Kami tidak akan lupa bimbingan dan saran dari Rama yang akan kami perhatikan dan terus menjadi motivasi Team Lektor agar terus mengasah diri menjadi lebih baik dalam pelayanan kami.

Perpisahan ini bukan merupakan suatu akhir dari Tali Persaudaraan. Selamat Berkarya Rama Herman Yoseph, Tuhan selalu memberkati dan melindungi Rama. Amin.

Rabu, 25 Februari 2009

Indah Pada Waktunya

Aku minta pada Allah setangkai bunga segar,
Dia beri aku kaktus berduri.
Aku minta pada Allah hewan mungil nan cantik,
Dia beri aku ulat berbulu.
Aku sempat sedih, kecewa dan protes,
Betapa tidak adilnya ini.
Namun kemudian…
Kaktus itu berbunga sangat indah
Dan ulatpun tumbuh dan berubah
menjadi kupu-kupu yang teramat cantik.
Itulah jalan Allah,
Indah pada waktunya.
Allah tidak memberi apa yang aku harapkan,
tapi Allah memberi apa yang aku perlukan.
Walau kadang sedih, kecewa dan terluka,
tapi jauh di atas segalanya,
Dia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupanku.

Selasa, 24 Februari 2009

PERATURAN PUASA DAN PANTANG 2009

Mengacu Statuta Keuskupan Regio Jawa 1995 pasal 136 peraturannya ditetapkan sebagai berikut:

1. Hari Puasa tahun 2009 ini dilangsungkan pada han Rabu Abu tanggal 25 Februari, dan Jumat Agung tanggal 10 April. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.

2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.

3. Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang dalam arti yuridis, berarti memilih tidak makan daging atau ikan atau garam, atau tidak jajan atau merokok.
Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka kami anjurkan, agar secara pribadi atau bersama-sama, misalnya oleh seluruh keluarga, atau seluruh Iingkungan, atau seluruh wilayah, ditetapkan cara puasa dan pantang lebih berat, yang dirasakan Iebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Tentu saja ketetapan yang dibuat sendiri tidak mengikat dengan sanksi dosa.

4. Hendaknya juga diusahakan agar setiap orang beriman kristiani baik secara pribadi maupun bersarna-sama mengusahakan pembaharuan hidup rohani, misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, meditasi, dan sebagainya.

5. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaskah ialah Aksi Puasa Pembangunan atau APP, yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak pembaharuan pribadi, serta rnempunyai nilai dan dampak peningkatan solidaritas pada tingkat paroki. keuskupan dan nasional.

Tema APP tahun 2009 ini berbunyi:
“BERSAMA KAUM MUDA MEMBERDAYAKAN HUBUNGAN ANTAR UMAT BERIMAN”
sebagaimana diuraikan dalam buku-buku yang diterbitkan oleh Panitia APP Keuskupan Agung Semarang.

Dalam rangka APP tersebut semua dana yang diperoleh dan aksi pengumpulan dana selama masa Prapaskah dari paroki, lembaga hidup bakti, lembaga-lembaga gerejawi, pendidikan dan kelompok-kelompok kategorial lainnya, termasuk kolekte Minggu Palma tanggal 4/5 April 2009, sesuai dengan Pedoman Keuangan Paroki Kauskupan Agung Semarang Tahun 1991 pasal 8.b, dan Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang 2008 Pasal 5 ayat 3.2, Pasal 10 ayat 1.2, dan surat Uskup Keuskupan Agung Semarang kepada Majelis Pendidikan Katolik, No. 052/A/XI/1 1/02, tanggal 28 Januari 2002, ditetapkan:

25% tinggal di paroki / masing-masing sekolah; 75% dikirim kepada: PANITIA APP KAS
Jl. Pandanaran 13, Semarang 50244

Jikalau dikirim melalui bank, harap melalui: BANK PURBA DANARTA ; Jl. Veteran 7, Semarang 50231
Rekening Giro Nomor: 31-00006-9 an. PSE / APP KAS

Selanjutnya, dana 75% tersebut di atas akan disalurkan oleh Panitia APP KAS: 25% untuk kevikepan masing-masing; 20% untuk Panitia APP KAS; dan 30% untuk dana APP Nasional/DSAK.

kenangan rmo herman

Pisah Sambut Romo Herman Yoseph dengan Romo Antonius Suparyono

Menjelang kepindahan Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro Pr ke Boyolali, pada hari Rabu tanggal 28 Januari 2009 kemarin umat paroki Katedral mengadakan acara Pisah Sambut Romo Herman Yoseph dengan Romo Antonius Suparyono yang nantinya akan bertugas menggantikan Romo Herman untuk melayani Paroki Katedral.

Acara dimulai pukul 17.20 menit dan umat yang datang pun cukup banyak memenuhi gedung Sukasari tempat diadakannya acara. Tema : "Melepas dengan bangga Rm Herman Yoseph SS. Pr - Menyambut dengan asa Rm Antonius Suparyono Pr" merupakan ungkapan hati umat untuk kedua Romo yang bersangkutan. Pada pembukaan acara dihantar oleh group akustik - yang katanya belum punya 'nama'- menyanyikan dua buah lagu, 'Yang Terutama' dan 'Yesus Pokok' ; mereka mampu mengambil perhatian hadirin untuk ikut menyanyi bersama dan terutama mereka akhirnya mendapatkan nama baru yang diberikan oleh Romo Herman Yoseph yaitu : Katedral Akustik.

Acara malam itu cukup berkesan, dengan adik-adik dari PIA yang menampilkan tari kreasi yang lucu dan pemutaran slide kesan dan pesan perpisahan untuk Romo Herman baik itu dari Romo-Romo rekan di Katedral, dari Ketua Dewan Paroki, dari komunitas juga sebagian umat dan pegawai di Katedral.

Pada saat pemberian kesan dan pesan dari Romo Herman, beliau mengungkapkan rasa haru karena merasa belum berbuat banyak untuk Katedral selama 1,5 tahun berkarya namun mendapatkan perhatian dan ungkapan cinta kasih yang sedemikian besar dari umat. Romo Herman juga melontarkan guyonan mengenai gembala umat Katedral saat ini yang seperti 'Ponokawan' (hehehe..)

Sebaliknya dengan sambutan dari Romo Antonius Suparyono, beliau merasa 'grogi' saat melihat tema yang disebutkan 'menyambut dengan asa' karena kondisi beliau yang baru saja sembuh dari sakit sehingga pada kesempatan tersebut Romo Suparyono meminta maklum umat untuk tidak terlalu menaruh 'asa' atau harapan yang berlebih pada kinerja pelayanan yang tentunya masih harus dibatasi. Namun untuk pengenalan umat terhadap Romo baru ini, beliau adalah sosok yang ramah dan humoris. Umat sangat menunggu untuk dapat mengenal Romo Paryono - panggilan beliau, lebih dekat lagi.

Acara pisah sambut malam itu ditutup dengan doa makan malam dilanjutkan berkat penutup oleh Romo Herman Yoseph.

kesedihan yang mendalm

saat nie...
qwu mrasa sdih..
qwu ditinggal ma org yg bnr2 qwu sayank..
dy bkn cow qwu...
dy,ka2k qw,....

Senin, 16 Februari 2009

nie salah satu album n lagu2 d'masiv yang di album entu pak...

Album perdana mereka, PERUBAHAN dirilis tahun 2008, dengan lagu andalan Cinta Ini Membunuhku.

Akhir Juni 2008, d'Masiv membentuk fans club untuk menyatukan penggemar mereka, yang diberi nama Masiver.


DILEMA
DAN KAMU
AKU PERCAYA KAMU
Tak Bisa Hidup Tanpamu
MERINDUKANMU
LUKAKU
I'L FILL MANUSIA TAK BERHARGA
DIAM TANPA KATA
DIANTARA KALIAN
CINTA SAMPAI DISINI
Cinta Ini Membunuhku

pak..nilaine jagn plit2
DIANTARA KALIAN
Aku Bukan Siapa Siapa
ada yang laen lgi ttg d'masiv

Band yang lagu-lagunya sekarang ini sering dinyanyikan oleh banyak orang di Indonesia tersebut telah melewati perjuangan panjang dan setumpuk kesabaran. Bahkan, mereka pernah mengamen.

D'Masiv saat ini beranggotakan Ryan Ekky Pradipta (vokal), Dwikky Aditya Marsall (gitar), Ray Kurniawan Iskandar Dinata (bas), Wahyu Piaji (drum), dan Nurul Damar Ramadhan (gitar).

"Sebenarnya, dulu berenam, ada pemain keyboard. Tapi, dia keluar. Akhirnya, kalau manggung, kami pakai additional," kata Ray saat ditemui di studio Hanggar pada Rabu, 2/7-2008. Ketika itu, mereka sedang syuting klip Diam tanpa Kata garapan Rizal Mantovani.

Ray menilai, temannya yang tidak bergabung lagi tersebut sudah tidak satu visi dan misi dalam bermusik.

"Pada intinya, dia tidak sabar," imbuhnya.

Kesabaran memang menjadi kekuatan D'Masiv selama ini. Mereka mulai ngeband sejak 3 Maret 2003 dengan nama Massive. Ketika itu, mereka masih SMA. Mereka berbeda sekolah, tapi bersatu karena bertetangga di kawasan Ciledug, Tangerang.

Tapi, menurut Kiki -sapaan akrab Dwikky-, setelah jadi juara A Mild Most Wanted, nama Massive oleh Musica, perusahaan label yang menaungi mereka saat ini, diganti dengan D'Masiv.

"Sebab, sudah ada yang pakai (nama Massive, Red). Artinya tetap sama, dari bahasa Inggris, sesuatu yang besar. Nama kan doa. Kami berharap suatu saat menjadi sesuatu yang besar di musik Indonesia. Amin," paparnya.

Festival yang disebut Kiki itu adalah festival terakhir bagi D'Masiv hingga sekarang. Sebelumnya, mereka mengikuti banyak festival, mulai setingkat rukun tetangga (RT) sampai Piala Menpora (menteri pemuda dan olahraga). Ryan dan kawan-kawan adalah "macan" karena hampir di semua festival yang diikuti menjadi juara.

Hadiah yang diterima beragam. Saat mengikuti festival memperebutkan Piala Menpora, misalnya, D'Masiv juara dan berhak mendapatkan uang tunai Rp 10 juta. Terendah, mereka memperoleh hadiah uang Rp 1 juta dan Rp 500 ribu.

"Paling besar, yang di A Mild Most Wanted itu, dapat mobil APV dan uang Rp 61 juta, juga dikontrak oleh Musica," lanjut Ryan.

Tapi, tutur Ray, sebelum terkenal seperti sekarang, setiap festival dirasa memiliki magnet kuat. Tidak peduli nilai hadiahnya, yang penting adalah eksis sebagai band yang rajin ikut lomba.

"Walaupun hadiahnya kecil, yang penting, masih dapat uang untuk biaya latihan," paparnya.

Saat-saat tersulit adalah ketika tamat SMA, tepatnya pada 2005. Orang tua tidak lagi memberikan uang jajan. Sehingga, tidak ada uang sisa untuk patungan latihan. Sementara itu, ada orang tua yang meminta mereka berhenti main band untuk melanjutkan kuliah.

"Tapi, lama-lama, orang tua bosan ngasih tahu. Sebab, kami tetap pengin main band," kenangnya.

Solusinya, D'Masiv turun ke jalan dan menjadi pengamen. Mereka "manggung" membawa drum tamtam yang biasa digunakan oleh banyak pengamen di atas metro mini 69 jurusan Ciledug-Blok M.

"Di rumah makan juga. Tapi, kami nggak menyanyikan lagu orang. Kami membawakan lagu ciptaan sendiri," ujar Damar.

Menurut Ryan, mengamen itu sekalian menjadi tes mental karena pendengar di kendaraan atau rumah makan berbeda dengan pendengar saat festival.

"Tapi, kami tidak menjadikan mengamen sebagai profesi. Sebatas upaya dapat uang Rp 40 ribu lebih. Sebab, biaya latihan di studio itu Rp 40 ribu per dua jam," jelasnya.

Jika lebih, uang tersebut digunakan untuk mendaftar di festival berikutnya. Menurut Wahyu, uang hasil mengamen dan festival itu dipakai untuk menyambung kiprah mereka agar tetap bertahan sebagai sebuah band.

Sebelum merilis album Perubahan yang saat ini mendapatkan penghargaan platinum karena penjualannya mencapai 75 ribu kopi, pada 2006 mereka merilis album indie berjudul Menuju Nirwana.

"Mungkin kurang promosi dan manggung, ya terbengkalai," ucapnya.

Ryan menambahkan, segala hal yang dilewati sebelum menjadi seperti sekarang adalah proses yang sangat berharga.

"Akhirnya, kami bisa belajar dari kesalahan-kesalahan kemarin," terangnya.
nie pak tenteng d'masiv.....
jo ngiri ya pak,klo gak terkenal kyk d'masiv

sory bru krm..
cz da bbrapa faktor..he..he..99x

D'Masiv adalah grup band yang namanya mulai melambung sejak tahun 2008. Mengandalkan lagu-lagu melankolis bertempo sedang, d'Masiv ternyata mampu menyita lebih banyak perhatian penikmat musik Indonesia dibandingkan grup band lain yang lebih senior seperti Padi, Peterpan, atau Dewa 19.

Mengandalkan keindahan suara Ryan, sang vokalis, d'Masiv bahkan sudah memiliki sebuah fans klub fanatik yang bernama Massivers. Hit yang mampu melambuangkan nama d'Masiv diantaranya adalah "Cinta Ini Membunuhku", "Di Antara Kalian", serta "Merindukanmu".

Jumat, 13 Februari 2009

Kasih Sayang itu...

Suatu pagi seorang petani menaburkan benih cinta di tanah kehidupan

Sesaat, diberinya benih itu dengan air kesabaran

Lalu ditambahkannya pula pupuk kemurahan hati

Juga cahaya ketulusan

Dan benih itu pun tumbuh menjadi pohon kebenaran

Dahannya kokoh dan akarnya kuat mencengkram jiwa

Daunnya rimbun menghijau

dengan bunga-bunga kemesraan yang mulai harum semerbak

Tak berapa lama bunga itu pun berubah menjadi buah-buah kasih

Merah meranum

Sedap dipandang

dan nikmat dirasakan

Met Valentine. Met berkasih-kasih dan bersayang-sayang

Mari kita bagikan kasih sayang itu untuk semua orang

Hari ini, esok, dan setiap hari dalam perjalanan hidup kita

GBU All

Rabu, 04 Februari 2009

Selamat ya....

Met pagi, met siang, met malem adik...
Selamat ya udah punya blog sendiri
Isi yang rajin ya, dengan hal-hal yang positif dan berguna buat kamu
Rajin belajar... ingat udah kelas 3 lho bentar lagi mo masuk SMA
Jangan nginget-nginget Mo Herman terus ya ntar malah keseringan nangis... trus air matanya habis... (he... he... he...)
Ya udah, segini aja ya... BERKAH DALEM

ni klo mo liat blognya om di goentoer atau blognya pia di piakatedral